Suatu hari, Seorang pemuda bernama Jajang akan menjemput Jamila yang sudah lama merantau di Jakarta. Mobil milik bosnya ia sewa khusus untuk menjemput. Sudah lama ia menantikan hari ini. Orang satu desa bilang, Jamila sudah berubah, ia maunya dipanggil Mila Jameela agar mirip dengan Mulan Jameela. Tetapi Jajang nggak ambil pusing, yang penting Jamila pulang.
Sampai di terminal. Dia melihat adiknya sedang kesusahan membawa koper. Jelas saja, adiknya memakai high heels 15cm dan dua tas selempang di bahu kanan dan kiri.
Jamila duduk di kursi depan. Belum sampai setengah perjalanan, dia pun tertidur dengan mata yang setengah terbuka.
“Ngapain kamu pergi ke Jakarta. Uang gajimu di sana cuma habis untuk membeli pakaian dan gaya hidup saja.” Gumamnya.
Siang itu macet sekali. AC mobil sedang rusak. Tiba-tiba Jajang merasakan bau-bau kurang sedap seperti bau busuk. Dia pikir ada bangkai tikus di dalam mobilnya. Akhirnya Mas Jajang menutup hidungnya dengan kencang menggunakan tangannya.
“Gawat! Kalau aku muntah, biaya sewanya bisa nambah nih. Tapi bau bangkai tikus ini menyengat sekali.” Ucapnya dalam hati.
Jamila bangun dari tidurnya saat hampir tiba di desanya. “Nanti neng sampai rumah mau boim ah. Mager banget habisnya.” Kata Jamila.
“Hah? Neng mau mager rumah? buat apa?” Tanya Jajang.
“Siapa yang mau mager rumah? Mager itu artinya males gerak, jadi neng mau boim aja alias bobo imut. Nggak gaul, ya?” kata Jamila pada kakaknya.
“Ooo.. bahasa kamu ada-ada aja.” Jawab Jajang.
Sampai di rumah, Jamila mengambil sepatunya yang ia lepas sedari tadi. Sesampainya di rumah, Jajang pun secara spontan mencium kembali bau yang sangat busuk. Dan dia pun baru menyadari kalau bau busuk itu ternyata keluar dari...
“Aduh, Neng. Kalau di mobil pakai sepatunya! Dari tadi bau busuk itu ternyata kakimu, ya! Katanya anak kota. Anak kota, kok, bau kaki!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar