Pak Diding memiliki tiga orang anak gadis yang sudah dewasa dan mereka bertiga sudah dilamar oleh pacarnya masing-masing.
Untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya, Pak Diding memutuskan menikahkan ketiga anak gadisnya itu dalam waktu bersamaan.
Malamnya, seusai resepsi, Pak Diding mendatangi kamar ketiga anaknya yang jadi pengantin baru itu.
Di depan pintu kamar anak pertama, Nina, dia mendengar anak dan menantunya tengah tertawa-tawa.
Pak Diding geleng-geleng kepala dan merasa kecewa.
Di depan kamar anaknya yang kedua, Nani, Pak Diding nggak mendengar suara apapun dan dia makin kecewa.
Tibalah Pak Diding di depan kamar anak gadisnya yang ketiga, Ninu, dia mendengar anaknya itu tengah menangis.
Kali ini Pak Diding tersenyum.
Ini baru pengantin baru, pikirnya, malam pertama ditandai dengan tangisan.
Keesokan paginya, Pak Diding memanggil ketiga anak gadisnya itu.
Pada Nina dia menyatakan kekecewaannya.
"Kamu ini bagaimana? Malam pengantin kok malah tertawa-tawa sih?" kata Pak Diding
"Habis, lucu sih, masa ada kado yang isinya obat kuat dan salep untuk mengobati lecet-lecet?" jawab Nina sambil tertawa kecil.
Lalu Pak Diding pergi menghampiri anak keduanya Nani
"Kamu juga, malam pengantin kok malah tidur?" kata Pak Diding.
"Masalahnya kami capek banget, jadinya kami langsung tertidur" Jawab Nani
Kemudian Pak Diding berpaling pada Ninu dan tersenyum.
"Kalian berdua mestinya mencontoh Ninu nih", ujarnya memuji anaknya yang ketiga.
"Malam pertama dia menangis, Begitulah seharusnya seorang wanita saat pertama kali melakukan malam pertama dengan suaminya." kata Pak Diding sambil menepuk pundak anak ketiganya.
Ninu pun menjawab...
"Bapak salah! Saya menangis bukan karena kesakitan!" Jawab Ninu
"Lho, terus kenapa?" tanya Pak Diding bingung.
Tiba-tiba Ninu bersedih sambil bilang...
"Saya menangis karena nggak dibayar pak! Biasanya saya dibayar sehabis main, tapi semalam suami saya nggak bayar, malah langsung tidur!!!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar